HIGIENE INDUSTRI

PERTEMUAN 10
HIGIENE INDUSTRI


Shalom, 

Selamat datang dan selamat membaca bagi para pembaca budiman :) 

Kali ini akan membahas tentang Higiene Industri. Yuk langsung kita bahas.



A. Pengertian Higiene Industri

    Higiene Industri merupakan ilmu dan seni yang ditujukan kepada antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengendalian faktor-faktor lingkungan atau stress yang timbul dari tempat kerja dan dapat menyebabkan penyakit, gangguan kesehatan atau ketidaknyamanan signifikan di antara pekerja atau komunitas masyarakat. Ahli higiene industri merupakan salah satu profesi dalam bidang kesehatan kerja yang memberikan perhatian kepada pengendalian tekanan-tekanan dari lingkungan atau bahaya kesehatan kerja yang muncul sebagai dampak atau selama masa pekerjaan. 

B. Ruang Lingkup Higiene Industri

    Berbagai macam bahaya di lingkungan kerja dapat terjadi sebagai akibat proses produksi yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja dan masyarakat sekitar industri. Pencegahan bahaya yang dapat dilakukan pada proses produksi yaitu dengan menerapkan higiene lingkungan industri. Ruang lingkup kegiatan tersebut meliputi antisipasi, pengenalan, evaluasi, dan pengendalian potensial bahaya di tempat kerja. 

C. Toksikokinetik

 Toksikokinetik adalah studi kuantitatif dari pergerakan sebuah zat kimia yang dimulai dari masuknya zat kimia ke dalam tubuh, pendistribusiannya ke organ dan jaringan melalui sirkulasi darah dan disposisi terakhir dengan biotransformasi serta eksresi. Konsep dari toksikokinetik adalah absorpsi, distribusi, metabolsime dan eksresi.

 1.     Absorbsi
    Sebelum zat kimia membuat dampak kesehatan kepada tubuh manusia, zat kimia tersebut harus masuk ke dalam tubuh. Peristiwa masuknya zat kimia ke dalam tubuh disebut dengan absorpsi. Secara umum, rute masuk zat kimia dalam absorpsi terdiri dari 3 rute yaitu inhalasi, dermal dan ingesti. Inhalasi merupakan jalur utama dari pajanan di tempat kerja karena banyak zat kimia yang dapat masuk langsung ke paru-paru melalui jalur inhalasi seperti debu, asap, uap, kabut dan gas. Zat kimia tersebut masuk ke dalam paru yang memiliki luas sekitar 140 m2 sehingga memudahkan untuk absorpsi.
    Kontak kulit adalah rute kedua yang terpenting dalam absorpsi. Kulit memiliki total luas sekitar 2 m2dengan kemampuan untuk mengabsorpsi zat kimia terutama yang berbentuk cairan seperti KOH ataupun aerosol seperti pestisida. Meskipun sedikit, jalur ingesti juga dapat menjadi jalur masuk zat kimia yang berbahaya (Klaassen 2008). Jalur ingesti merupakan jalur pencenaan yang dimulai dari mulut, kerongkongan, dan lambung. Zat kimia yang masuk dalam jalur ini biasanya terjadi karena ketidaksengajaan seperti dalam kasus keracunan.

 2.     Distribusi
    Ketika zat kimia diabsopsi ke dalam aliran darah, maka zat kimia tersebut dapat diangkut ke seluruh tubuh. Proses ini disebut “distribusi” yang merupakan proses reversibel yaitu zat kimia dapat masuk ke dalam sel dari darah ataupun bisa masuk ke darah dari sel. Pengiriman zat kimia ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu aliran darah, permeabilitas kapiler, kekuatan dari pengikatan dari zat kimia ke darah ataupun jaringan protein dan solubilitas relative dari molekul zat kimia.

3.     Metabolisme
    Untuk mempermudah eksresi, zat kimia harus melalui proses metabolisme terlebih dahulu. Proses metabolisme bisa berlangsung di hati atau ginjal baik dengan perubahan struktur zat kimia ataupun dengan perubahan kimiawi dari zat kimia.
Metabolisme dari zat kimia dapat bervariasi antar grup populasi. Genetik menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi enzim untuk memproses zat kimia. Umur menjadi faktor lain yang mempengaruhi karena semakin tua seseorang makan semakin kecil toleransinya terhadap zat kimia.

 4.     Ekskresi
    Pengeluaran secara keseluruhan zat kimia dari dalam tubuh disebut dengan eksresi (Terms n.d.). Ginjal dan organ pencernaan menjadi bagian penting dalam proses eksresi ini. Selain itu, air susu ibu,keringat, rambut, kuku dan air ludah juga dapat menjadi organ yang melakukan proses eksresi.

 D. Toksikodinamika

    Selain toksikokinetik, di dalam konsep dosis, terdapat juga toksiko dinamik. Menurut Trush (2008), toksiko dinamik berarti dampak molekuler, biokimia dan fisiologis dari toksikan atau metabolitnya dalam sistem biologik. Dampak ini terjadi sebagai hasil dari interaksi antara dosis yang efektif secara biologis dari bentuk terakhir toksikan di dalam target molekulernya.
Dalam konsep toksikodinamik, seseorang bisa menjadi sakit dimulai dari perubahan di dalam molekulernya yang berlanjut hingga respons dari organismenya. Perubahan ini dapat berubah kembali ke kondisi awal baik dengan perbaikan ataupun tidak. Namun, tidak semua perubahan organisme dapat berubah kembali ke kondisi awal.

E. Fase Eksposisi

    Sifat fisik zat kimia : padatan, larutan, gas paparan di insudtri terbanyak via inhalasi, karena bahan kimia pencemar di ruang kerja berada di udara ambien sebagai airborne toxicant, yaitu :

a. Gas
    Zat tanpa bentuk, mengisi seluruh ruang pada kondisi normal, mempunyai dimensi (tekanan, volume dan suhu), dapat berubah wujud dengan merubah ke tiga dimensi (LPG, Amoniak cair, CO2 padat).

b. Uap
    Gas yang pada keadaan normal berupa cairan atau padatan (VOC, uap air)

c. Debu
    Partikel padat, melayang di udara, organik/anorganik, berbentuk debu/serat, ukuran debu respirable (<10 mikron) dan debu nonrespirable (>10 mikron)

d. Kabut
Partikel cair berasal dari proses spraying dsb, tergantung sifat cairan (mudah larut/sukar larut)

e.  Fume
    Partikel padat, berasal dari kondensasi uap metal dengan oksigen menjadi oksigen logam.

YUNITA P SIMANIHURUK

J3M118008


Komentar